Oleh: SudartoDosen PGSD FIP Universitas Negeri Makassar

Email: drsudartompd@gmail.com

JbsMediaNet-Kabupaten Jeneponto, dengan garis pantai yang membentang luas dan kehidupan nelayan yang khas, memiliki potensi besar untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berbasis alam bahari. Selama lima tahun terakhir (2020–2025), sekolah-sekolah di Jeneponto mulai mengubah pendekatan belajar IPA, dari sekadar teori di kelas menjadi pengalaman nyata di laut, pesisir, dan tambak.

1. Laut Jeneponto: Laboratorium Alam yang Hidup

Jeneponto dikenal sebagai daerah penghasil ikan, garam dan hasil laut lainnya. Pantai Bira, Tanah Bayang, dan Pulau Sembilan menjadi lokasi strategis untuk pembelajaran IPA berbasis alam bahari.

Guru-guru IPA dapat mengajak siswa melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena alam laut, seperti pasang surut, gelombang, ekosistem pesisir, dan kehidupan biota laut. Anak-anak belajar konsep ilmiah secara praktis, misalnya:

(1) Rantai makanan laut: Siswa mengamati hubungan antara plankton, ikan kecil, dan ikan predator.

Baca Juga:  Pemda Jeneponto Bayarkan Gaji 13 Asn Hari ini

(2) Siklus air dan evaporasi laut: Anak-anak mempelajari penguapan dan hujan melalui eksperimen sederhana di pinggir pantai.

(3) Konservasi terumbu karang: Siswa belajar pentingnya menjaga habitat laut untuk kelangsungan ekosistem.

Pendekatan ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka, yang menekankan pembelajaran kontekstual, proyek sains, dan pengalaman langsung.

2. Proyek dan Inovasi Sekolah

Beberapa kegiatan menarik yang dilaksanakan di sekolah-sekolah Jeneponto selama lima tahun terakhir antara lain:

(1) Program “Sekolah Laut” di SD dan SMP pesisir, yang menggabungkan praktik observasi biota laut dengan teori di kelas.

(2) Eksperimen garam dan kualitas air laut di laboratorium mini sekolah, untuk memahami konsep salinitas dan sirkulasi air.

(3) Proyek konservasi mangrove di Bontosunggu dan Binamu, mengajarkan siswa tentang ekosistem pesisir sekaligus kepedulian lingkungan.

Kegiatan berbasis alam bahari ini membuat IPA menjadi lebih hidup, menarik, dan mudah dipahami oleh siswa. Anak-anak belajarkonsep sains, sekaligus merasakan langsung proses-proses ilmiah yang terjadi di lingkungan mereka.

Baca Juga:  Pembahasan Program Prioritas Dinas Kominfo Tahun 2025

3. Dukungan Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah Kabupaten Jeneponto melalui Dinas Pendidikan dan Dinas Perikanan serta Kelautan mendukung kegiatan ini. Beberapa sekolah menjalin kerja sama dengan kelompok nelayan setempat untuk memandu siswa belajar tentang ekosistem laut dan praktik budidaya perikanan.

Kolaborasi ini menjadikan pembelajaran IPA lebih autentik, sekaligus menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap laut dan sumber daya alamnya.

4. Tantangan Masih ada di Lapangan

Meskipun banyak kemajuan, pembelajaran IPA berbasis alam bahari di Jeneponto menghadapi beberapa kendala:

(1) Keterbatasan fasilitas laboratorium di sekolah pesisir.

(2) Akses transportasi ke lokasi laut atau pulau bagi sekolah di wilayah pedalaman.

(3) Kurangnya pelatihan guru dalam merancang pembelajaran IPA berbasis alam bahari secara sistematis.

Kendala ini membuat beberapa sekolah masih kesulitan menerapkan proyek sains atau eksperimen lapangan secara rutin.

Baca Juga:  Dzikir Dan Doa Kebangsaan Di Jpt untuk Pemilu 2024

5. Menuju Generasi Sains yang Peduli Laut

Jika tantangan ini dapat diatasi, lima tahun ke depan Jeneponto berpotensi menjadi salah satu daerah yang dapat menyelenggarakan model pendidikan IPA berbasis alam bahari yang dapat dicontoh daerah lainnya. Anak-anak akan belajar bukan hanya dari buku, tetapi dari pengalaman nyata di laut, pesisir, dan tambak. Mereka akan menjadi generasi ilmuwan muda yang berpikir kritis, memahami ekosistem laut, dan peduli pada kelestarian alam dan pengembangan daerahnya.

Penutup

Lima tahun terakhir menunjukkan bahwa laut Jeneponto bukan sekadar sumber ekonomi, tetapi juga sumber belajar yang luar biasa. Dengan pendekatan IPA berbasis alam bahari, sains menjadi hidup, pengalaman belajar menjadi bermakna, dan cinta lingkungan pun tumbuh sejak dini pada diri siswa.

Tagline:

Dari laut Jeneponto, anak-anak belajar sains yang hidup dan membumi—menyelam ke ilmu,